Mahasiswa UGM Gelar Aksi Kemah di Depan Rektorat: Protes Penanganan Kekerasan Seksual dan Masuknya Militerisme di Kampus

Screenshot 2025 05 15 092719
8 / 100

Yogyakarta — Panthera Jagat News. Sejumlah mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa UGM menggelar aksi kemah di depan Gedung Rektorat sebagai bentuk protes terhadap penanganan kasus kekerasan seksual dan masuknya militerisme di lingkungan kampus. Aksi ini dimulai pada Rabu sore, 14 Mei 2025, dengan mendirikan tenda dan melakukan orasi sebagai simbol perlawanan terhadap kebijakan kampus yang dinilai tidak berpihak pada mahasiswa.

Perwakilan Aliansi Mahasiswa UGM, yang meminta identitasnya disamarkan sebagai Halimah, menyatakan bahwa aksi ini merupakan respons terhadap berbagai isu yang mengancam ruang aman mahasiswa untuk bersuara. Aliansi menuntut rektorat untuk berpihak kepada rakyat dan mahasiswa dengan menyatakan mosi tidak percaya terhadap lembaga-lembaga negara serta menolak militerisme di kampus. Mereka juga memprotes relokasi anggaran pendidikan oleh pemerintah pusat dan mendesak rektorat mewujudkan ruang publik inklusif untuk seluruh mahasiswa dari berbagai latar belakang.

Aliansi Mahasiswa UGM menyoroti penanganan kasus kekerasan seksual di lingkungan kampus yang dinilai belum maksimal. Mereka menuntut rektorat untuk menindak tegas pelaku kekerasan seksual dan memberikan pendampingan serta pemulihan trauma yang maksimal bagi korban. Data Biro Humas dan Protokol UGM menunjukkan terdapat 13 kasus kekerasan seksual pada periode Januari–Maret 2025. Setahun sebelumnya, UGM menangani 52 kasus, dan pada periode 2020–2023 tercatat 79 kasus, dengan 30 kasus telah selesai ditangani.

Salah satu kasus yang menjadi sorotan adalah dugaan kekerasan seksual yang dilakukan oleh Guru Besar Fakultas Farmasi, Edy Meiyanto, terhadap belasan mahasiswi. Edy Meiyanto telah dipecat sebagai dosen UGM berdasarkan Keputusan Rektor Nomor 95/UN1.P/KPT/HUKOR/2025. Namun, hingga kini, kasus tersebut belum dilaporkan ke kepolisian. Modus yang digunakan pelaku adalah dengan pendekatan akademik, seperti bimbingan dan diskusi, serta pertemuan di luar untuk membahas kegiatan atau lomba yang sedang diikuti.

  • Aliansi Mahasiswa UGM mendesak rektorat untuk:
  • Menyatakan mosi tidak percaya terhadap lembaga-lembaga negara dan menolak militerisme di kampus.
  • Menindak tegas pelaku kekerasan seksual di lingkungan UGM.
  • Mewujudkan ruang publik inklusif untuk seluruh mahasiswa dari berbagai latar belakang.
  • Menolak relokasi anggaran pendidikan oleh pemerintah pusat.

Aksi kemah ini merupakan yang kedua kalinya dilakukan oleh Aliansi Mahasiswa UGM. Setahun yang lalu, pada bulan yang sama, mereka mendirikan tenda untuk memprotes iuran pengembangan institusi (IPI) atau uang pangkal. Melalui aksi ini, mahasiswa berharap rektorat dan pihak terkait dapat mendengarkan aspirasi mereka dan mengambil langkah konkret untuk menciptakan lingkungan kampus yang aman dan inklusif bagi seluruh civitas akademika. (Red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *