Momen Haru di Purwakarta: Penjual Nasi Langganan Peluk Gubernur Dedi Mulyadi sambil Menangis

Momen haru penjual nasi peluk Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi yang dulu langganannya saat sekolah 3518641404
8 / 100

Purwakarta – Panthera Jagat News. Sebuah peristiwa penuh haru menyelimuti perjalanan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi saat dalam kunjungan ke sebuah SMA di wilayah Purwakarta. Di tengah perjalanan, langkahnya terhenti oleh sosok yang menggetarkan ingatannya—seorang ibu penjual nasi yang telah lama mengisi masa kecilnya.

Gubernur Dedi, yang dikenal dekat dengan rakyat kecil, tampak tersentak ketika mengenali wajah seorang ibu penjual nasi yang berdagang di pinggir jalan. Tanpa ragu, ia menghampiri. Namun sebelum ia berbicara, sang ibu yang lebih dulu mengenalinya justru langsung memeluknya sambil menangis.

“Ieu budak anu resep tuang di warung abdi harita… hoyong dipangku,” ucap sang ibu dengan suara bergetar, menggunakan bahasa Sunda yang jika diterjemahkan bermakna: “Ini anak yang dulu sering makan di warung saya… saya ingin memeluknya.”

Pelukan hangat itu bukan hanya ungkapan rindu, tetapi juga simbol kebanggaan—dulu ia hanya mengenal Dedi sebagai siswa yang kerap membeli nasi di warung sederhananya, kini anak itu telah menjadi Gubernur Jawa Barat.

Dedi membalas dengan senyum penuh rasa hormat dan bertanya hangat, “Ayeuna dagangana loba deui?” (Sekarang jualannya makin ramai?). Sang ibu menjawab sambil menahan air mata, “Sukses, Bapak. Alhamdulillah.”

Dalam momen yang penuh emosi itu, Dedi Mulyadi pun memberikan sejumlah uang sebagai tambahan modal berjualan. Namun lebih dari sekadar bantuan materi, Dedi menyampaikan pesan menyentuh, “Ngke bagikeun tah ka barudak sangu na, nya. Kuring ek acara heula, nya.” (Nanti bagi-bagikan ya nasi kotaknya ke anak-anak. Saya lanjut ke acara dulu ya).

Sang ibu menjawab lirih namun sarat makna, “Nuhun, Bapak.” Sebuah ucapan terima kasih sederhana yang mewakili ribuan kenangan dan rasa haru dalam satu kata.

Momen penuh makna ini terekam dalam video yang diunggah melalui kanal Kang Dedi Mulyadi Channel di YouTube. Respons netizen pun luar biasa. Banyak yang mengaku terharu, bahkan meneteskan air mata menyaksikan momen langka yang memperlihatkan kedekatan emosional antara seorang pemimpin dan rakyat kecil yang pernah menjadi bagian dari hidupnya.

Komentar netizen pun membanjiri kolom video, memuji ketulusan Dedi yang tak pernah melupakan orang-orang kecil yang membentuk masa lalunya. Banyak yang menyebut ini sebagai contoh nyata kepemimpinan yang berakar pada nilai kemanusiaan dan penghormatan terhadap masa lalu.

Kisah ini bukan hanya potret nostalgia, tetapi juga pengingat bahwa kasih sayang, rasa hormat, dan kebaikan sekecil apapun tak akan pernah lekang oleh waktu. Dalam pelukan hangat di tepi jalan, seorang gubernur menunjukkan bahwa jabatan bukan sekat, melainkan jembatan—menghubungkan ingatan, rasa syukur, dan kemanusiaan yang hakiki. (Red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *