Kunjungi SMAN 2 Purwakarta, Gubernur Jabar Tertawa Dengar Uang Jajan Siswa: “Kerja BUMN, Gede Banget!”

gubernur jawa barat uang saku anak SMA 111538212
9 / 100

Purwakarta – Panthera Jagat News. Momen menarik dan penuh canda terekam saat Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi dan Menteri Komunikasi dan Digital Indonesia Meutya Viada Hafid mengunjungi SMAN 2 Purwakarta dalam rangka sosialisasi Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 17 Tahun 2025 atau PP Tunas yang mengatur perlindungan anak di ruang digital, Rabu (15/5/2025).

Sebelum memasuki area sekolah, Dedi Mulyadi menyempatkan diri menyapa para siswa yang bertugas menyambut kedatangan tamu. Dialog spontan antara gubernur dan siswa pun mengundang tawa sekaligus menjadi sorotan karena membahas hal yang sangat akrab di kalangan pelajar: uang jajan harian.

Percakapan dimulai ringan. Dedi bertanya kepada salah satu siswa kelas 11 yang berasal dari Jatiluhur mengenai transportasi ke sekolah. Siswa tersebut menjawab bahwa ia menggunakan jasa ojek dengan biaya Rp30 ribu per hari untuk perjalanan pulang-pergi.

Tak berhenti di situ, Dedi juga penasaran dengan uang saku sang siswa. Saat mendengar jawaban bahwa siswa tersebut mendapat uang jajan Rp70 ribu per hari, Dedi Mulyadi langsung tertawa.

“Gede, orang tuanya kerja apa? Gede banget,” ucap Dedi disambut tawa kecil.

Sang siswa kemudian menjawab bahwa orang tuanya bekerja di BUMN, yang membuat Dedi kembali berkomentar dengan nada bercanda,

“Kerja di BUMN, gede banget.”

Menteri Meutya Viada Hafid yang turut mendengar percakapan tersebut memberikan respons positif, menyarankan agar uang jajan tersebut bisa sebagian disimpan.

“Bisa ditabung, sehari Rp70 ribu,” ujar Meutya.
“Ada yang ditabung juga, ada yang dijajanin,” timpal sang siswa sambil tersenyum.

Ketika ditanya kembali soal uang saku jika ditambah dengan les, siswa itu menjawab jumlahnya bisa mencapai Rp80 ribu hingga Rp90 ribu per hari.

“Hampir seratus sehari,” ucap Dedi Mulyadi geleng-geleng kepala dengan nada heran sekaligus terhibur.

Setelahnya, Dedi berbincang dengan siswa lain yang tinggal cukup dekat dari sekolah dan biasa datang dengan berjalan kaki atau naik motor.

“Jangan sering, harus setiap hari (jalan kaki). Saya tahu lho, dari sini naik apa?” tanya Dedi dengan nada bersahabat.

Siswa itu menjawab bahwa ia kadang diantar dan kadang naik motor. Namun, Dedi Mulyadi menyarankan untuk berjalan kaki saja karena jarak rumah yang hanya 15 menit.

“Jalan kaki aja, deket. Bekal sehari berapa?” tanya Dedi lagi.
“Rp20 ribu,” jawab siswa tersebut.

Meutya Hafid pun menanyakan apakah dari uang saku itu siswa masih bisa menabung. Dengan mantap, siswa itu menjawab, “Ada.”

Kunjungan Gubernur dan Menteri Komunikasi dan Digital ini merupakan bagian dari kegiatan sosialisasi PP Nomor 17 Tahun 2025, yang dikenal dengan PP Tunas. Peraturan tersebut menekankan pentingnya perlindungan anak di ruang digital, termasuk dalam hal literasi digital, pencegahan kekerasan daring, hingga pengawasan konten yang dapat berdampak negatif terhadap tumbuh kembang anak.

Dedi Mulyadi dan Meutya Hafid berharap melalui kunjungan seperti ini, siswa tidak hanya mendapatkan edukasi formal, tetapi juga wawasan tentang tantangan dan risiko di dunia digital serta bagaimana bersikap bijak dalam menghadapinya.

Kunjungan yang dikemas santai ini tak hanya menyosialisasikan kebijakan nasional, tetapi juga menghadirkan interaksi hangat dan penuh tawa antara pemimpin daerah dan siswa. Sebuah potret kedekatan pemimpin dengan generasi muda yang tak hanya mengedukasi, tetapi juga menginspirasi. (Red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *