JAKARTA – Panthera Jagat News. Nama Honesti Basyir kembali mencuat ke publik. Setelah sebelumnya menjabat sebagai Direktur Group Business Development PT Telkom Indonesia, kini ia dikabarkan menjadi kandidat kuat Direktur Utama Telkom dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) yang akan digelar pada 27 Mei 2025. Namun sorotan terhadap Honesti bukan hanya karena peluang kariernya, melainkan juga karena jejak masa lalunya yang masih dikaitkan dengan dugaan korupsi saat menjabat sebagai Direktur Utama PT Bio Farma.
Dugaan tindak pidana korupsi dalam pengadaan zat cytosine di Bio Farma menjadi titik krusial. Zat tersebut merupakan komponen penting dalam pembuatan vaksin Covid-19. Meski sempat diselidiki oleh Kejaksaan Negeri (Kejari) Bandung, kasus itu kini disebut dalam status “penyelidikan dihentikan sementara”.
“Belum ditemukan peristiwa yang memenuhi kualifikasi tindak pidana korupsi. Namun, jika ditemukan bukti atau keadaan baru, maka penyelidikan dapat dibuka kembali,” ujar Kepala Seksi Pidana Khusus Kejari Bandung, Ridha Nurul Ihsan, pada Jumat (16/5/2025).
Kejari Bandung melalui bidang Pidana Khusus menyatakan bahwa Honesti Basyir telah diperiksa sebagai saksi dalam perkara dugaan korupsi pengadaan alat kesehatan (alkes) di PT Bio Farma.
“Nama inisial HB sudah hadir untuk dimintai keterangan,” kata Kepala Kejari Bandung, Irfan Wibowo, pekan lalu.
Irfan menegaskan bahwa pengusutan masih dalam tahap penyelidikan dan belum meningkat ke tahap penyidikan. Artinya, belum ada tersangka dalam kasus ini dan proses hukum masih sebatas pengumpulan data serta keterangan (puldata dan pulbaket).
Menjelang pemilihan Direktur Utama Telkom, proses hukum atas kasus ini justru disebut mengalami jeda. Hal ini memunculkan spekulasi publik soal independensi penegakan hukum dalam kaitannya dengan dinamika politik dan korporasi BUMN.
“Wajar saja, begitu lah. Siapa pun yang akan ke puncak, selain jalannya menanjak, juga berkelok-kelok,” ujar pakar hukum pidana dari Universitas Trisakti, Abdul Fickar Hadjar.
Fickar menyiratkan bahwa dinamika semacam ini bukan hal baru dalam arena kekuasaan, terutama jika menyangkut posisi strategis di perusahaan milik negara.
Honesti Basyir bukan sosok baru dalam dunia BUMN. Ia merupakan alumnus ITB dan Sekolah Tinggi Manajemen Bandung yang telah berkarier di berbagai posisi penting, termasuk sebagai Dirut Kimia Farma dan Telkom Indonesia. Ia menjadi Dirut Bio Farma sejak 2019, tepat saat pandemi Covid-19 melanda Indonesia.
Namun, masa jabatannya di Bio Farma tidak lepas dari kontroversi. Pada 27 April 2021, terjadi penggerebekan laboratorium rapid antigen milik anak perusahaan Bio Farma, Kimia Farma Diagnostika, di Bandara Kualanamu. Kasus itu mengungkap penggunaan alat rapid test bekas dan menyeret Business Manager serta empat karyawan lainnya ke pengadilan. Salah satunya, Picandi Mascojaya, dijatuhi vonis 10 tahun penjara.
Meski Honesti tidak disebut terlibat langsung dalam kasus ini, kejadian tersebut terjadi saat ia menjabat, menambah catatan kontroversial dalam kariernya.
Panthera Jagat News telah mencoba menghubungi Honesti Basyir untuk memberikan klarifikasi atas sejumlah dugaan dan perkembangan kasus hukum terkait dirinya. Namun hingga berita ini diturunkan, belum ada tanggapan resmi dari pihak Honesti.
Dengan semakin dekatnya RUPST Telkom, perhatian publik dan pemegang saham kini tak hanya tertuju pada kompetensi kandidat, tetapi juga pada integritas dan rekam jejak hukum mereka. Apakah Honesti Basyir akan tetap melaju dan dipercaya memimpin raksasa telekomunikasi negara, atau kasus lama akan kembali membayangi langkahnya—waktu yang akan menjawab. (Red)