Diusir dari Tanah Air, Pria Asal Sukabumi Ini Bangun Kerajaan Hotel Mewah yang Diakui Dunia

adrian willem ban kwie lauw zecha tangkapan layar alchetron 169
4 / 100

Jakarta – Panthera Jagat News. Tak banyak yang tahu, di balik kemewahan jaringan hotel internasional Aman Resort, terdapat kisah dramatis seorang pria asal Sukabumi, Jawa Barat, yang pernah terusir dari Indonesia. Sosok itu adalah Adrian Willem Ban Kwie Lauw-Zecha, atau yang lebih dikenal sebagai Adrian Zecha—pendiri Aman Group, jaringan hotel super-eksklusif yang kini tersebar di lebih dari 20 negara.

Hotel Aman dikenal sebagai destinasi impian para pelancong elite dunia. Di Indonesia sendiri, nama Amanjiwo di Magelang, Jawa Tengah, sudah sangat tersohor, dengan tarif menginap yang bisa mencapai puluhan juta rupiah per malam. Namun, sedikit yang tahu bahwa kejayaan Aman berakar dari perjalanan seorang putra bangsa yang sempat kehilangan segalanya akibat gejolak politik.

Adrian Zecha lahir dari keluarga Tionghoa terhormat dan kaya raya di Sukabumi. Dalam karya The Chinese of Sukabumi (1963) yang ditulis sosiolog Mely Tan, keluarga Zecha digolongkan sebagai bagian dari “cabang atas”, sebutan untuk keluarga Tionghoa elite yang memiliki pengaruh kuat di Indonesia.

Ayahnya, William Lauw-Zecha, adalah orang Indonesia pertama yang lulus dari Iowa University, Amerika Serikat, pada 1923. Keluarga besarnya pun banyak menduduki posisi penting di pemerintahan kolonial.

Adrian melanjutkan pendidikan tinggi di University of Pennsylvania pada era 1950-an. Namun, kemapanan keluarganya mulai runtuh ketika Presiden Soekarno melancarkan kebijakan nasionalisasi pada tahun 1956–1957, yang mengambil alih perusahaan-perusahaan asing dan swasta.

Imbas dari kebijakan ini, bisnis keluarga Zecha disita negara. Mereka pun harus angkit kaki dari Indonesia dan pindah ke Singapura. Adrian yang saat itu masih di AS selamat dari kekacauan itu dan mulai membangun jalan hidupnya dari nol sebagai jurnalis wisata di majalah bergengsi Time.

Sebagai jurnalis wisata, Adrian memiliki kesempatan mengelilingi berbagai destinasi eksotis dunia. Pengalaman inilah yang menumbuhkan minatnya terhadap dunia pariwisata dan perhotelan. Pada 1972, ia ikut terlibat dalam pembangunan Regent International Hotels, menandai awal kariernya di industri tersebut.

Namun, terobosan besar datang pada 1988, saat Adrian mendirikan jaringan hotel Aman Resorts yang pertama di Phuket, Thailand. Hotel yang diberi nama Amanpuri—berarti “tempat damai” dalam bahasa Sanskerta—dibangun bersama rekannya Anil Thadani dengan investasi sebesar US$ 4 juta.

Berbeda dari hotel besar konvensional yang kerap mengorbankan estetika lokasi, konsep Adrian adalah hotel eksklusif dengan kamar terbatas—hanya 50 unit atau kurang—untuk menjaga privasi dan kualitas pelayanan.

“Hotel itu seharusnya tidak mengganggu keindahan tempatnya. Justru harus menyatu dengan alam,” begitu prinsip Adrian. Maka tak heran, hotel-hotel Aman seringkali terletak di lokasi terpencil nan eksotis, mulai dari pegunungan hingga pantai tersembunyi.

Dalam buku Asian Brand Strategy (2015) karya Martin Roll, strategi unik Adrian dijelaskan lebih lanjut. Ia tidak hanya menjual kamar, tetapi pengalaman yang tak terlupakan. Pelayanan personal, ketenangan, keindahan arsitektur, dan pemilihan lokasi yang luar biasa menjadi kekuatan utama Aman.

Nama “Aman” pun menjadi label tersendiri yang kini mendunia: Amanjiwo di Indonesia, Amanpuri di Thailand, Amankila di Bali, dan puluhan properti mewah lain dari Bhutan hingga Montenegro.

Kini, meski Aman telah berada di bawah kepemilikan pengusaha Rusia Vladislav Doronin, warisan Adrian tetap hidup dan terus mewarnai lanskap perhotelan dunia.

Ironisnya, meski nama Aman dikenal di seluruh dunia, sedikit masyarakat Indonesia menyadari bahwa pendirinya adalah anak negeri sendiri—yang dahulu bahkan terusir dari tanah airnya karena perubahan politik.

Dari seorang pengungsi bisnis hingga menjadi pionir dalam industri perhotelan mewah dunia, kisah Adrian Zecha adalah bukti nyata bahwa mimpi besar bisa lahir dari luka terdalam.

Hari ini, setiap kali seorang tamu memasuki resort berlabel “Aman”, mereka sebenarnya sedang menapaki mimpi yang dibangun oleh pria kelahiran Sukabumi itu. Semoga kisah inspiratif ini menjadi penyemangat bagi generasi muda Indonesia untuk bermimpi lebih tinggi, bahkan di tengah keterbatasan. (Red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *