Kebijakan Masuk Sekolah Jam 06.00 Dedi Mulyadi Dihujani Kritik Emak-emak: “Pak, Kami Juga Butuh Tidur!”

Screenshot 2025 06 04 005441
8 / 100

JAKARTA — Panthera Jagat News. Wacana kebijakan sekolah dimulai pukul 06.00 WIB yang digagas Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, memicu gelombang protes, khususnya dari kalangan ibu rumah tangga. Para emak-emak ramai-ramai melayangkan kritik tajam di media sosial, menyebut kebijakan tersebut menyulitkan mereka dalam mempersiapkan anak-anak di pagi hari.

Isu ini mencuat setelah akun Instagram populer @lambe_turah mengunggah informasi soal rencana Dedi Mulyadi yang ingin siswa di seluruh Jawa Barat masuk sekolah lebih pagi. Dalam unggahan itu, ratusan komentar bermunculan, sebagian besar diisi oleh keluhan para ibu yang merasa keberatan jika anak-anak mereka harus berangkat sebelum fajar menyingsing.

“Pak, tolong sediakan sarapannya ya. Mak-mak itu tidur lewat tengah malam. Kalau anak masuk jam 6 pagi, artinya harus bangun sebelum jam 5. Bisa-bisa enggak tidur semalaman,” tulis akun @reaxxx.

“Bapak jangan bikin mak-mak emosi, nanti Bapak yang diangkut ke barak,” sindir akun @aisxxx dengan nada satir.

“Jam 5 pagi sekalian, Pak. Bapak pikir bangunin anak itu gampang?” komentar akun @yoexxx.

Menanggapi kritik tersebut, Dedi Mulyadi menyampaikan penjelasan melalui akun Instagram pribadinya @dedimulyadi71 pada Kamis (29/5/2025). Dalam video yang diunggahnya, Dedi menjelaskan bahwa tujuan dari kebijakan ini adalah untuk membentuk kedisiplinan sejak dini serta menyelaraskan jadwal sekolah di seluruh Jawa Barat.

“Enggak apa-apa jam belajarnya mulai pukul 6 pagi, yang penting Sabtu libur. Setuju enggak?” ujar Dedi sambil tersenyum dalam video tersebut.

Ia mengklaim bahwa kebijakan serupa pernah ia terapkan saat masih menjabat sebagai Bupati Purwakarta. Menurutnya, sistem sekolah lima hari dalam seminggu sudah berjalan baik di tingkat SMA, namun belum diterapkan merata di tingkat SMP.

“Saya akan mengajak bupati dan wali kota di Jawa Barat agar menyetujui kebijakan ini. Supaya semua sekolah seragam, dan hari Sabtu bisa libur,” tegasnya.

Meski niatnya membangun kedisiplinan dan memberi libur di hari Sabtu, kebijakan ini justru dianggap kurang mempertimbangkan aspek sosial masyarakat. Para ibu, yang menjadi garda depan dalam mempersiapkan anak-anak sekolah, menyebut bahwa wacana tersebut sangat membebani mereka.

Kritikus menilai, perubahan semestinya dilakukan secara bertahap dan mempertimbangkan kesiapan keluarga. Terlebih, jam masuk sekolah pukul 06.00 WIB berarti anak-anak harus bangun sekitar pukul 04.30 atau bahkan lebih awal, yang dikhawatirkan berdampak pada kesehatan fisik dan mental mereka.

Kebijakan ini memunculkan perdebatan besar di masyarakat, memperlihatkan adanya jurang antara kebijakan struktural dan realitas di lapangan yang dihadapi keluarga sehari-hari. Hingga saat ini, Dedi belum memberikan pernyataan lanjutan terkait kemungkinan revisi atau evaluasi atas rencana tersebut. (Red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *