Larangan Study Tour dari Gubernur Jabar Dedi Mulyadi Mulai Berdampak, Pariwisata DIY Sepi Rombongan Pelajar

Screenshot 2025 06 02 204815
8 / 100

YOGYAKARTA, Minggu, 1 Juni 2025 – Panthera Jagat News. Sejak Gubernur Jawa Barat terpilih, Dedi Mulyadi, mengumumkan larangan kegiatan study tour bagi pelajar, dampaknya mulai terasa signifikan di berbagai destinasi wisata Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Salah satu yang paling terdampak adalah sektor wisata pendidikan yang sebelumnya ramai dikunjungi siswa dari Jabar.

“Sudah lama tidak terdengar celetukan ‘kadieu neng’. Sekarang justru lebih sering terdengar ‘ke mana cuk’,” ungkap Kholiq Widiyanto, pengelola wisata Tebing Breksi di Sambirejo, Prambanan.

Kholiq menggambarkan bahwa pengunjung yang dulunya didominasi oleh pelajar dari Jawa Barat kini berganti menjadi pelancong dari Jawa Timur. Ia mengakui bahwa penurunan ini sudah terasa bahkan sejak sebelum pelantikan Dedi Mulyadi sebagai Gubernur Jabar, menyusul pengumuman larangan study tour usai Pilkada Jabar pada akhir Februari 2025 lalu.

“Bahkan sudah ada yang bayar uang muka tapi akhirnya batal. Kami kembalikan 100 persen,” jelasnya.

Dardiri, Ketua Asosiasi Jeep Wisata Lereng Merapi (AJWLM) Wilayah Barat, juga menyampaikan kekhawatiran serupa. Menurutnya, wisatawan dari Jabar selama ini menyumbang hampir separuh dari total pengguna jasa wisata jip di kawasan Merapi, dan banyak dari mereka adalah rombongan pelajar.

“Sekarang paling cuma satu dua bus dari Jabar. Itu pun mungkin karena sudah dijadwalkan jauh hari. Rata-rata sekarang dari Jatim,” ujarnya.

Hal senada diungkap Karmila, Kepala UPT Pengelolaan Budaya Kota Yogyakarta yang membawahi Taman Pintar—destinasi edukasi favorit pelajar. Ia menyebut memang terjadi penurunan kasat mata kunjungan pelajar asal Jabar, meski secara total angka kunjungan tetap stabil karena adanya peningkatan wisatawan dari Jateng dan Jatim.

“Mungkin para tour leader di Jateng dan Jatim menyesuaikan dengan kebijakan Jabar, jadi mereka alihkan tujuan ke DIY,” ujarnya.

Dampak larangan study tour ini juga dirasakan hingga ke sektor ekonomi kreatif, seperti pusat oleh-oleh. Ahmad Sudrajat, Supervisor Bakpia Pathok 25 Jogja, mengatakan ada penurunan pengunjung dari rombongan pelajar Jabar sebesar 10 hingga 20 persen.

“Pasti berdampak, biasanya ramai sekarang agak berkurang,” katanya.

Meski demikian, ia menyebut toko oleh-oleh tetap berjalan berkat kunjungan wisatawan dari kalangan kantor dan komunitas kampung, termasuk dari wilayah Jawa Barat seperti Cirebon.

Sudrajat berharap agar kebijakan larangan study tour bisa dipertimbangkan kembali karena tidak hanya merugikan pelaku usaha, tetapi juga berdampak pada siswa itu sendiri.

“Anak-anak butuh kegiatan rekreatif juga. Sebagai selingan dari belajar yang terus-menerus, biar tidak jenuh,” tandasnya. (Red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *